Wednesday, 24 July 2013

Ilmu Sosial Dan Akal Sehat

Bila kita tidak mengetahui asal-usul gagasan kita atau apa yang melandasi gagasan tersebut, kadang-kadang kita menamakannya "akal sehat". Bila kita menyebutnya sebagai akal sehat, kita tidak perlu membuktikan kebenarannya, karena orang lain kemudian akan mengikuti kita dalam penipuan diri dan secara kolektif berasumsi bahwa gagasan itu telah dibuktikan. Kalau seseorang mendesak meminta bukti, kita menyatakan bahwa gagasan itu telah dibukltikan oleh pengalaman. Istilah "Akal Sehat" memberi tempat terhormat pada segala macam gagasan yang tidak memiliki kerangka pembuktian sistematis yang dapat dikutip.

Yang dimaksud dengan akal sehat adalah kumpulan dugaan, firasat, dan hasil belajar secara coba-coba dari sekelompok masyarakat. Banyak akal sehat yang baik, masuk akal, sederhana dan bermanfaat. "Jawaban yang lembut akan memalingkan kemurkaan" dan " burung-burung yang sejenis terbang bersama dengan kelompok" adalah observasi praktis dalam kehidupan sosial.

Namun, banyak kesimpulan akal sehat didasarkan pada ketidaktahuan, prasangka dan salah tafsir. Ketika orang-orang Eropa pada abad pertengahan memperhatikan bahwa orang demam bebas dari kutu dan orang sehat banyak dihinggapi kutu, dan karena itu disimpulkan bahwa demam dapat disembuhkan oleh kutu, dan karena itu mereka menaburkan kutu kepada orang yang sakit demam. Akal sehat melindungi baik kebijaksanaan maupun ketololan orang banyak, dan memisahkan kebijaksanaan dari hal-hal yang tidak masuk akal adalah tugas ilmu pengetahuan.